Minggu, 24 April 2011

Karisma

Malam semakin larut, cahaya bulan tampak di jendela kamarku. aku masih termenung, sendiri sambil mengingat kejadian tadi sore. kejadian yang mungkin akan terus berada di benakku dan tak kan pernah bisa ku hapus. entah sampai kapan aku akan terus mengingat kejadian itu. kejadian di Restoran fast food, dekat sekolahku. pada sore itu tepatnya sepulang sekolah aku mempunyai janji untuk bertemu dengan Karisma. dialah seorang cowok yang hampir 2 tahun ini yang selalu ada di hatiku. orang yang selalu memberiku kebahagiaan dan pelajaran hidup. dalam 2 tahun itu kami selalu melewati waktu bersama, tertawa gembira, terkadang juga sedih. dan pada saat aku sedih Karisma bersedia menghiburku dan bahkan mengizinkanku untuk bersandar di pundaknya sampai sedihku hilang. karena itulah Karisma menjadi bagian yang sangat penting bagiku. dia menempati posisi ketiga dalam hatiku. posisi pertama di hatiku hanya di isi oleh Tuhan YME dan kedua di isi oleh orang tua dan keluargaku dan ketiga Karisma yang mengisinya di posisi ini tak hanya Karisma yang dapat merebutnya tetapi sahabat-sahabatku juga menempati posisi ketiga di hatiku.

Aku kenal Karisma tepat di bulan September 2003. aku ingat sekali kejadian itu. kejadian dimana aku bertemu dengan cowok yang sangat baik dan lugu ini. pada saat pertama kita bertemu aku sedang bertanding di senayan sebagai salah satu atlet bulutangkis di sana, kebetulan salah satu sahabatku mengajak Karisma untuk menyaksikan aku bertanding. Karisma adalah teman Les melukisnya Vanya. Vanya adalah salah satu sahabat terbaikku dan kebetulan pada waktu kelas 1 SMA itu aku satu kelas dengan Vanya. Setelah selesai bertanding aku langsung menghampiri Vanya di kursi penonton yang ia duduki. kebetulan pada hari itu aku menang tanding dan aku berhak maju ke babak semifinal besok. "main lo keren banget tadi!" Puji Vanya ketika aku sudah duduk di sebelahnya. "Makasih Van..ngomong-ngomong itu siapa?" kataku sambik melirik seorang cowok di sebelah Vanya
"oh iya, kenalin nih Ra teman les melukis gue namanya Karisma." kata Vanya sambil memperkenalkan aku dengan cowok yang ternyata bernama Karisma itu. Aku dan Karisma pun berjabat tangan sambil menyebut nama masing-masing. "Karisma jago banget gambar lho Ra." Puji Vanya kepada Karisma
"Nggak Van, yang lebih jago tuh lo kali." Tukas Karisma
"Oh masa sih? Gambarnya Vanya aja udah bagus gimana Karisma." sahutku
"Tapi gambarnya Karisma tuh maknanya lebih dalam Ra daripada gambar gue." Jawab Vanya
"Tapi kalau soal warna lo lebih ahli Van." Tukas Karisma lagi.
"huuus...udah-udah kok jadi berantem. Kita makan aja yuk, gue lapar nih! lagi juga abis ini gue nggak ada pertandingan lagi." ajak ku.
Ya..begitulah kisah singkat pertemuan aku dan Karisma. Pertemuan yang tadinya biasa saja kemudian tumbuh menjadi Cinta dan kasih sayang diantara kami. Karena sejak pertemuan itu aku dan Karisma semakin dekat dan sering sekali menghabiskan waktu bersama. Entah jalan-jalan ke mall, nonton film ataupun belajar bersama. Dari cerita yang ku dapat dari Vanya ternyata Karisma anak yang baik, sabar dan lugu. Dia bukan tipikal cowok yang egois dan mau menang sendiri. Bagusnya lagi Karisma tidak pernah main kekerasan dengan siapapun, dia selalu menghadapi masalah dengan kepala dingin. Sejak aku dekat dengan Karisma, aku selalu bercerita kepada Vanya bahwa semakin aku dekat dengan Karisma hatiku semakin senang dan gembira. Hal yang baru pertama kali aku rasakan dalam hidupku. Tapi apakah Karisma juga mempunyai perasaan itu?. Ya..aku beruntung sekali. Setelah kurang lebih 3 bulan kita mulai akrab dan semakin dekat, Karisma mengucapkan kalimat yang paling aku tunggu. Kalimat yang tulus dan sangat lembut yang meluncur dari bibir manisnya. Kalimat pernyataan sayang yang baru pertama kali aku dengar dari seseorang cowok yang aku sayangi juga. Karisma juga baru pertama kali mengucapkan kalimat itu di depan seorang cewek.
               Saat Karisma mengatakan kalimat itu, jantungku langsung berdegup kencang, tanganku dingin dan gemetar. Dan hati ini sangan memberontak untuk berkata 'iya', tapi apa daya bibir ini tak bisa di gerakkan. Karena terlalu takut dan kaku, apalagi mata Karisma selalu menatap mataku dengan tajam tetapi lembut ketika kalimat itu meluncur dari bibir manisnya. Tapi untungnya bibir ini sanggup mengucapkan kata "Iya, Karisma selama ini aku juga sayang kamu." di hadapannya. Lalu kami berdua tersenyum sumringah karena merasakan cinta dan kasih sayang yang terbalas. Sejak saat itu, aku menjadi semangat belajar. Hidupku menjadi lebih bergairah ketika Karisma hadir di hidupku, apalagi setiap malam kami selalu berkomunikasi lewat sms. Dan sms yang Karisma kirim kepadaku itu sungguh membuatku tersenyum bahagia dan semakin sayang kepadanya.
Selama kami berpacaran, kami selalu saling membantu. Waktu aku sakit demam saja Karisma sampai datang menjengukku ke rumah bersama sahabat-sahabatku. Dia juga yang selalu memberi perhatian ketika aku sakit, dan hal itu membuatku semakin sayang kepadanya. Apakah ini benar-benar yang dinamakan cinta dan sayang yang sesungguhnya? Entahlah aku tak mengerti. Tapi sikap Karisma yang sangat baik itulah yang dapat membuatku semakin sayang dan menjadikannya salah satu bagian penting dalam hidupku.
Tapi kini itu semua berubah. Karisma tak bisa lagi menemani hari-hariku. Karena tadi sore dia berkata "Ra, maaf ya kalau hari ini aku ajak kamu ketemuan mendadak."
"iya, nggak papa. Memang ada apa, Ka?" Tanyaku penasaran, karena raut wajah Karisma kali ini sangat serius
"Apakah selama 2 tahun ini kamu benar-benar sayang sama aku?" Katanya dengan pelan
"Karisma, kok kamu masih tanya soal itu. Aku sayang sama kamu dari dulu sampai detik ini pun aku masih sayang sama kamu." Jawabku pasti
"Apa yang buat kamu selama 2 tahun ini sayang sama aku, Ra?" Tanyanya lagi
"aku suka sama sikap kamu yang perhatian dan baik. Kamu baik banget Ka, seumur hidupku aku belum pernah bertemu seseorang yang sangat baik sama aku seperti kamu. Kebaikan kamu itu nggak bisa aku lukiskan dengan kata-kata, Ka."
"Dalam keadaan apapun kamu pasti sayang sama aku?"
"Iya, Karisma. Kamu kenapa sih? Tumben banget ngomong kayak gitu." Kataku
"Gini, Tara. Selama ini aku menyimpan sesuatu rahasia sama kamu. Dan sekarang rahasia itu sudah parah banget. Maaf, ya kalau aku telat kasih tau ke kamu." Ucapnya, sambil memegang tanganku dengan lembut
"Rahasia apa, Ka?" tanyaku penasaran, sambil mengelus pundak tangannya
"aku sakit, Ra." jawabnya pelan
"sakit apa? kok aku baru tau?" tanyaku yang semakin penasaran
"Aku sakit kanker darah. Sejak aku kelas 3 SMP, dan sekarang penyakit itu udah parah Ra." jawabnya getir
"Astaghfirullah..." kataku sambil menahan air mata yang mulai mengembang
"Selama ini aku selalu berbuat baik kepada semua orang yang aku kenal karena aku takut kalau saja tiba-tiba aku sudah tidak bernyawa lagi dan mengecewakan banyak orang. Karena sejak aku di fonis dokter mengidap penyakit Kanker darah orangtuaku selalu mengajarkan ku untuk selalu berbuat baik kepada semua orang. Apalagi ke kamu Ra, karena kamu orang yang paling aku sayang dan aku nggak mau meninggalkan kamu." Jelasnya, sambil mempererat genggaman tangannya di tanganku
"selama ini kamu udah berobat?" tanyaku, dengan air mata yang sudah membasahi pipi
"sudah Ra, aku sudah rutin minum obat dari dokter, kemoterapi sampai pengobatan herbal. Tapi hasilnya Nol, kankerku malah semakin ganas dan parah."
"kenapa kamu nggak bilang sama aku dari dulu, ka"
"aku takut kamu kecewa Ra. Aku nggak mau kamu sakit." Ujarnya
"Lalu kamu mau berbuat apa supaya kanker kamu sembuh?" Tanyaku lagi, sambil menyeka air mata di pipi
"besok aku mau berangkat ke Australi, Ra." Katanya
"Besok?" Ulangku
"iya, Ra. Karena aku mau operasi Ra, kata dokter di Australi keberhasilan operasinya lebih banyak di bandingkan kegagalannya. Makannya orangtua aku langsung tertarik supaya aku berobat kesana." Jelasnya
"kenapa harus mendadak kayak gini?"
"Ra, dengar ya. sebetulnya aku juga ingin bilang ke kamu dari beberapa bulan yang lalu, tapi aku takut. Aku takut lihat kamu sedih." Katanya lembut sambil membelai rambut hitamku
"berapa lama kamu disana?" Tanyaku
"tergantung Ra. Kalau operasinya berhasil aku akan cepat pulang dan langsung menemui kamu disini." katanya yakin
"aku takut kamu nggak balik lagi, Ka" kataku lirih
"kamu doain aku Ra. Supaya operasi ku berhasil disana"
"kamu yakin akan balik lagi ke sini?"
"Ra, yang namanya umur hanya Tuhan yang tau. Tapi kalau aku sudah sembuh aku pasti kesini kok Ra. Aku janji!" Ucapnya "Ra, kamu ikhlas ya aku pergi? Sebentar saja Ra, untuk kebaikan aku juga. Aku pasti balik lagi kok Ra, Pasti!"
Itulah kata terakhir yang aku dengar dari Karisma. Karena jujur saja aku takut Karisma tak kembali. Karena banyak sekali kisah penderita kanker yang berujung pada kematian. Tetapi aku harap Karisma tidak seperti itu. ya Tuhan...lindungi Karisma, amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar