Sudah hampir 2 tahun ini aku sama sekali tidak bertemu dengannya. Seseorang yang 3 tahun lalu selalu aku sayangi dan aku cintai. Satria namanya, dulu ketika kami masih berpacaran aku selalu mearasa bahagia dan nyaman di sampingnya. Dia selalu baik, sabar dan jarang sekali marah. Karena sikapnya itulah aku sulit sekali untuk melupakannya, bahkan sampai detik ini aku masih selalu mengingat kenangan-kenangan yang telah ku lalui bersamanya. Aku mengenal Satria sejak kelas 2 SMP dan tak lama setelah itu kami saling suka dan akhirnya kita jadian dan berpacaran selama 1 tahun. Entah apa yang aneh dalam diriku tetapi setiap aku bertemu dan berbicara dengan Satria aku semakin tambah sayang kepadanya.
Karena bagiku dialah seseorang yang selama ini aku mimpikan. Karena dia begitu perhatian dan sangat baik. Sering aku berpikir sampai jauh bahwa aku suatu saat jika aku sudah dewasa nanti aku ingin sekali menikah dengan seseorang yang seperti Satria. Bahkan kalau bisa Satria lah yang menjadi suamiku kelak. Aku begitu berharap saat itu, karena hubungan kami waktu itu jarang sekali ada masalah. Kalaupun ada masalah pasti cepat terselesaikan dan kami berdua akan baikan lagi.
Tapi semua itu sekarang tinggal kenangan. Aku tak tau sekarang Satria berada dimana. Aku tak tau sekarang dia sedang sibuk apa. Tapi yang aku tau hanyalah rumahnya yang masih sangat ku ingat. Karena dulu tempat bimbel ku sangat dekat dengan rumah Satria jadi terkadang sehabis bimbel aku suka mampir ke rumahnya dan berbincang-bincang dengan ibunya. Haa..yasudahlah. Kalau aku melamun tentang Satria terus bisa-bisa aku terlambat berangat sekolah sekarang. Jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. Aku langsung bergegas mandi lalu setelah itu aku langsung sarapan dan berangkat ke sekolah. Oh ya..di rumahku setiap hari kerja memang selalu sepi. Karena ayah dan mama ku pergi kerja dan kedua adikku belum bangun ketika aku berangkat. Di rumah juga tidak ada pembantu hanya terkadang ada orang suruhan mama atau ayah yang datang ke rumah kemudian masak dan beres-beres rumah. Aku sendiri sekarang sudah kelas 2 SMA. Sekolahku lumayan jauh dari rumah. Sekitar setengah jam perjalanan naik angkot. Akhirnya sampai juga di sekolah, aku agak sedikit lega karena bel masuk belum berbunyi. Aku lihat arloji ku, masih jam 7 kurang lima belas menit. Hmmm...masih ada waktu untuk mengerjakan PR yang soalnya sulit untuk di kerjakan padahal tadi malam aku sudah mencoba untuk mengerjakannya.
Aku pun memasuki kelas dengan langkah penuh semangat. Oh ya..kelas ku berada di lantai paling bawah yaitu kelas 11.unggulan 5. Karena sekolahku adalah sekolah internasional jadi ada 6 kelas unggulan untuk kelas 11. Dan yang masuk kelas unggulan otomatis jurusannya pasti IPA dong. Sesampai dikelas aku menemukan banyak teman-teman yang sedang sibuk menanyakan PR atau tepatnya minta diajari oleh Dhani siswa yang paling pintar di kelasku. Apalagi soal matematika dan fisika dia sangat lihai mengerjakan soal-soal itu. Aku pun langsung meletakkan tasku di tempat dudukku dan kemudian bergabung dengan teman-teman yang lain belajar mengerjakan PR fisika yang sulit itu. Lalu 15 menit kemudian bel masuk berbunyi. Anak-anak di kelas langsung membuyar ke tempat duduknya masing-masing karena Pak Fian guru fisika kami pasti sebentar lagi akan datang. Untungnya aku sudah mengerti dengan PR yang di berikan Pak fian berkat ajaran dari Dhani. Jadi kalaupun di suruh maju ke papan tulis aku bisa mengerjakan dengan baik. "Selamat pagi anak-anak!" Sapa Pak fian sambil memasuki kelas. "Pagi pak!!" Seru anak-anak dengan penuh semangat. Pak Fian bukanlah termasuk guru yang membosankan atau galak. Dia termasuk guru yang menyenangkan tetapi tegas. Aku suka gaya mengajarnya yang sangat komunikatif kepada siswa, dan dia juga sabar menerangkan materi pelajaran sampai berkali-kali jika kami belum mengerti.
Tak terasa 1 jam berlalu, Pak Fian sudah keluar dari kelas. Dan kami pun juga senang karena kami semua dapat mengerjakan PR yang di berikan Pak Fian dengan benar. Selanjutnya pelajaran Bahasa Indonesia, aku lumayan suka dengan pelajaran ini. Karena selain gurunya yang menyenangkan, pelajaran ini sangat berguna untuk cita-citaku yang ingin menjadi seorang Jurnalis. Tak terasa 8 jam lebih aku berada di sekolah. Bel pulang pun berbunyi. Aku langsung bergegas merapikan buku kedalam tas dan pulang bersama Shinta. Teman sekelasku yang memang rumahnya satu komplek denganku hanya beda blok saja. "Ra, nanti kita jalan kaki aja ya masuk kompleknya." Kata Shinta ketika kami sudah berada di angkot. "hmm...emang gak kejauhan ya Ta kalau kita jalan kaki?" Tanyaku
"nggak kok...bareng gue ini pasti nanti capeknya nggak terasa." Jawab Shinta dengan senyumannya
"Yasudahlah" jawabku
"eh, gimana tuh sama Denis anak 11 unggulan 2 yang suka sama lo?" Tanya Shinta.
"Ha? suka sama gue? kata siapa lo? gossip nih Shinta." tukasku. Tapi memang sejak kelas 1 SMA Denis selau saja cari perhatian denganku. Dialah seseorang yang hampir selama 2 tahun selalu memberi perhatian kepadaku. Tetapi sayangnya aku tidak mempunyai perasaan yang sama dengannya. Karena hatiku masih ingin mencintai Satria.
"memang Denis kurang apa sih Ra? Dia cool, keren, kaya terus wakil kapten basket di sekolah lagi." Ucap Shinta
"gue sama sekali nggak tertarik aja sama dia." jawabku sekenanya
"hmmm...apa lo masih sayang sama Satria?" Delik Shinta
" ha? ng..ng..nggak kok!" Jawabku gugup
"hayooo...kok jadi gugup gitu? Jujur aja sama gue, lo masih sayang kan sama Satria?" Goda Shinta lagi
"apaan sih lo! Gue biasa aja kali sama Satria. Karena sekarang kita kan udah kelas 11 harus lebih fokus ke pelajaran terus lo tau kan gue ingin banget ikut PMDK atau Beasiswa ke ITB. Jadi gue harus fokus." Tukasku, mencoba berbohong
"hmmm...benar juga sih. Tapi kalau lo masih sayang sama Satria jujur aja lah Ra. Kali aja gue bisa bantu lo supaya bisa ketemu Satria kan dia teman SMP gue dulu." Kata Shinta
"udah yuk..udah sampai tuh." ucapku kemudian turun dari angkot yang sudah berhenti.
Sepanjang jalan dari depan komplek ke rumah Shinta selalu saja menggoda ku tentang Satria. Dia memang selalu ingin tau tentang perasaanku yang masih sayang kepada Satria. Tapi untunglah ketika sampai di pertigaan Blok A dan D aku berpisah dengan Shinta. Shinta belok ke Blok D sedangkan aku jalan lurus terus ke Blok C. Jalan di Blok C memang agak sepi. Paling hanya ada pedagang dan rumah-rumah yang hanya di isi oleh pembantu dan anak-anak. Orang-orang di blokku memang hampir semuanya orang sibuk. Setelah beberapa menit jalan, ada sepeda motor berwarna merah yang tiba-tiba berhenti dan menghalangi jalanku. Aku lihat orang yang mengendarainya masih memakai baju SMA. Jangan-jangain itu Denis, pikirku. Tapi Denis kan tidak tau rumahku, lalu siapa ini? Tanyaku dalam hati. Karena helm yang dipakai orang itu sangat menutupi hampir sebagian wajahnya, aku hanya dapat melihat matanya sekilas. Kemudian orang itu turun dari motornya dan membuka Helm. Aku takut sekali dia orang jahat, karena situasi di sini lumayan sepi. Tapi ketika helmnya di buka. Aku melihat wajahnya dengan jelas kemudian tersenyum manis kepadaku. Wajah yang memang selalu ku ingat dalam hati dan pikiranku. Ya..dia adalah Satria. Orang yang selama ini aku rindukan dan aku harapkan untuk bertemu dengannya lagi. Oh...tidak. Dia mendekatiku yang sedang berdiri kaku ini. Lalu dia tersenyum lagi, senyuman yang paling manis. Senyuman yang mebuatku semakin jatuh cinta lagi kepadanya. "Hai, Ra! Apa kabar?" Sapanya Ramah, sambil menjabat tanganku
"Baik, kamu...eh lo ngapain disini?." tanyaku gugup
"gue cuma mau tau kabar lo aja." Katanya santai, tapi masih tetap manis dan baik
"boleh kita bicara sebentar?" Katanya lagi
"mmm..dimana?" Jawabku
"dari sini dekatnya ke rumah kamu...eh kerumah lo kan?" ucap Satria dengan gugup juga
"oh..eh..iya boleh." kataku masih terpaku dan grogi, karena ini pertama kalinya aku beretemu dengan Satria lagi
"ayo..naik. Kita kerumah lo." Ajaknya ketika sudah naik diatas sepeda motornya.
"iya.." Jawabku sambil menghampirinya dan naik di Jok belakangnya.
Selama di motor, aku merasa bingung, aneh, dan heran. Karena tiba-tiba saja Satri datang dan menghampiriku di saat yang tidak kusangka sebelumnya. Tetapi aku cukup senang karena akhirnya bisa bertemu lagi dengannya. "Ayo..masuk Sat." Ajakku ketika sudah sampai di depan gerbang, lalu membukanya agar motor Satria bisa masuk."Duduk dulu ya sebentar, gue mau ganti baju." Kataku sambil mempersilahkan Satria duduk di ruang tamu
"iya..makasih." Sahutnya. Aku pun langsung naik ke kamar dan berganti baju, kemudian menyuruh Mba Imah orang yang biasa Mama suruh untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk Satria. Di rumah memang sepi sekali, kedua adikku biasanya main atau les di luar. Aku pun menghampiri Satria di ruang tamu dan duduk di Sofa lain bersebelahan dengan sofa yang Satria duduki. "mmm..Ra, kamu sekarang sekolah dimana?" Kata Satria membuka pembicaraan
"aku di SMA Plus PGRI Cibinong. kamu?" tanyaku, tapi kami tidk sadar bahwa kami ngobrol dengan kata "aku-kamu" yang kami gunakan waktu masih berpacaran
"aku di SMKN 14 Depok. Jurusan Desain komunikasi."Jawabnya. Kemudian Mba Imah datang membawa 2 gelas teh hangat dan cemilan. Kami pun berhenti berbicara sebentar, lalu setelah Mba Imah pergi Satria menyambung perkataannya lagi. "Ra, tau nggak. Kenapa aku menghampiri kamu tiba-tiba kayak gini? Karena selama 2 tahun ini aku tuh kangen Ra sama kamu. Aku nggak bisa lupain kamu. Setiap hari aku selalu ingin sms atau telepon kamu tapi aku takut ganggu kamu Ra. Dan sekarang rasa kangen itu nggak bisa di tahan lagi, Jadi sepulang sekolah aku langsung pergi ke rumah kamu, karena aku ingin banget ketemu kamu." Katanya lembut, lalu memegang punggung tanganku. Haa...seandainya kamu juga tau Sat, kalau selama ini aku juga kangen sama kamu, batinku. "mmm...aku juga seperti itu kok Sat, aku nggak pernah bisa lupain kamu." Jawabku dengan pelan dan lembut sambil mengusap punggung tangan Satria.
"Ra, apa selama 2 tahun ini setelah kita nggak bersama lagi kamu udah punya pacar? Kamu tau nggak Ra, selama aku putus dari kamu aku nggak bisa suka sama cewek lain Ra. Banyak yang cantik dan baik di sekolahku tapi bagi aku cuma kamu yang paling cantik dan baik Ra. Selama ini aku belum pernah pacaran lagi karena aku harap aku bisa ketemu dan mencintai kamu lagi." Katanya, kata-kata yang membuat hatiku bergetar cepat dan melayang
"lalu kenapa dulu kamu ninggalin aku? Aku kira kamu udah gak sayang sama aku. Karena waktu itu kamu bilang orangtua kamu udah jodohin kamu sama cewek lain" Ucapku lirih, sedih karena jika mengingat kejadian itu lagi
"nggak Ra, setelah itu aku langsung bilang lagi ke orangtuaku bahwa aku nggak suka di jodohin lagi pula waktu itu kau masih kecil baru kelas 3 SMP jadi aku nggak butuh jodoh-jodohan kayak gitu, aku bilang sama ayah dan ibuku kalau aku gak senang di jodohin kayak gitu dan aku bisa milih pasangan hidupku sendiri." Katanya
"Dan semakin lama aku lupa sama kamu aku malah semakin ingat, aku ingin banget ketemu sama kamu lagi.."sambungya
"Sat, aku juga semenjak putus sama kamu aku nggak pernah suka sama cowok lain apalagi pacaran. Karena hatiku cuma bisa mencintai kamu."
"Ra, kamu mau nggak kalau kita bersama lagi?" Tanyanya
"Tapi Sat, sekarang aku sudah kelas 11. Pelajaran semakin susah dan aku ingin banget bisa PMDK atau dapat beasiswa di UI atau ITB." Jawabku
"Aku akan selalu bantu kamu Ra, kalau kamu butuh orang untuk ngerjain tugas-tugas kamu aku akan selalu bantu kamu. Dulu juga kita kayak gitu kan? Kita selalu saling membantu. Ra, kamu jangan bohongin perasaan kamu sendiri. Karena aku juga ngerasain apa yang kamu rasain Ra." Katanya lembut
"Sat, aku sayang kamu." Kataku sambil memeluk Satria, tak terasa air mata jatuh membasahi pipiku. Air mata senang karena akhirnya aku bisa bertemu Satria lagi. Seseorang yang selama ini kau rindukan. Terimakasih Tuhan...akhirnya aku dapat mencintai lagi, mencintai seseorang yang memang selalu aku ingin cintai.
"aku juga sayang kamu Ra, jangan sampai kita pisah lagi ya." Katanya ketik aku sudah lepas memeluknya.
Dan setelah kejadian itu, aku menjadi semakin gembira, senang dan semangat untuk bersekolah. Karena sekarang Satria sudah berada di sampingku lagi. Aku juga bercertia tentang kejadian ini sama Mama karena waktu Satria mau pulang tiba-tiba Mama sudah ada di pintu gerbang. Lalu aku langsung ceirta deh sama
Mama. Dan dia juga ikut senang karena sekarang aku jadi tidak suka melamun tentang Satria lagi. Tuhan...mudah-mudahan kebahagiaan ini tidak cepat berakhir. Amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar